TRADISI MAIRIAK DI MANINJAU, KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT

Putri Amelia Sari; Bakhrul Khair Amal

doi:10.24114/jas.v22i1.66735

TRADISI MAIRIAK DI MANINJAU, KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT

Putri Amelia Sari, Bakhrul Khair Amal

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor penyebab perubahan tradisi mariak. Penelitian ini dilaksanakan di Sungai Batang kecamatan Tanjung Raya, kabupaten Agam, provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi dengan teknik pengumpulan data melalui observasi secara langsung dan wawancara mendalam bersama masyarakat setempat. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan tahapan analisis Spradley. Hasil penelitian didapatkan bahwa Tradisi ini sudah dilakukan sejak tahun 1980-an. Mairiak merupakan merontokkan padi dengan menggunakan kaki dengan dibantu dengan kedua tongkat pada masing-masing tangan. Tujuannya untuk meningkatkan silaturahmi dan mempertahankan budaya serta saling tolong menolong antar petani. di Minangkabau. Proses tradisi Mairiak ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu : 1. Pra Mairiak merupakan tahap persiapan pemilik sawah untuk menjelang tradisi mairiak., 2) Mairiak, dan 3) Pasca Mairiak merupakan kegiatan yang dilakukan setelah proses mairiak. Tetapi sayangnya diera sekarang tradisi mairiak sangat menurun. Dikarenakan beberapa faktor yaitu sebagai berikut : 1. Perkembangan teknologi. 2. minimnya tenaga anak muda. 3. mata pencaharian dan budaya merantau, 4. Pendidikan.

Keywords

Tradisi Mairiak, Perubahan, Minangkabau

Full Text:

PDF

References

Adlin, F., & Arifudin, A. (2022). The Existence Local Wisdom Of Rice Farming In North Lintau Buo District, Tanah Datar Regency, West Sumatra Province. Indonesian Journal Of Social Responsibility Review (Ijsrr), 1(1), 1-12.

Bungin, M. Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana

Endraswara. (2006). Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistemologi, Dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Erlinda. (2000). “Kegotongroyongan Kelompok Kerabat Dalam Perkawinan Masyarakat Minangkabau, Studi Kasus Masyarakat Kasang Pariaman”. Skripsi. Padang; Fakultas Sastra Unand.

Istiqlal, A. (2025). The Culture Of'mairiak'as A Reference For The Literary, Customary, And Sosial Values Of The Minangkabau People In Jorong Bansa Nagari Kamang Tangah, Kamang Magek District, Agam Regency. Jurnal Ilmu Pendidikan Ahlussunnah, 7(2), 208-214.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. Sistem Gotongroyong Dan Jiwa Gotongroyong, Dalam Berita Antropologi Terbitan Terbatas Aneka Warna Gotongroyong. Jakarta; Ui (Tanpa Tahun).

Nelfi, E., & Laili, I. (2019). Cultural Expressions Of Mananam Padi ‘Planting Rice’procession In Minangkabau Society. Kne Social Sciences, 244-259.

Putra, A. A. (2017). Nilai Adaptif-Reflektif Dalam Sindir-Kias Sebagai Wujud Dinamika Kebudayaan Bahasa Minangkabau. Jurnal Filsafat, 27(1), 1-29.

Rahyono, F.X. (2009). Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Refisrul. (2015). Tradisi Tradisi Masa Panen Padi Di Minangkabau. Padang: Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya.

Sartini. (2004). Menggali Kearifan Lokal (Local Genius) sebagai Landasan Pembangunan. Jurnal Ilmu Budaya, 6(2), 114–123.

Sayuti, M. (2020, November). “Alam Takambang Jadikan Guru”(Ajtg) Learning Model Of Budaya Alam Minangkabau (Bam). In The 3rd International Conference On Language, Literature, And Education (Iclle 2020) (Pp. 261-267). Atlantis Press.

Sukmawati, N., & Zubir, Z. (2015). Seni Tradisi Di Pasaman: Yang Hilang Dan Yang Bertahan. Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, 4(2), 105-114.

Utomo, S. (2013). Revitalisasi Budaya Melalui Festival Rakyat sebagai Upaya Pelestarian Warisan Budaya. Jurnal Humaniora, 25(1), 54–64.

DOI: https://doi.org/10.24114/jas.v22i1.66735